Thursday, July 22, 2004

'TI untuk UKM butuh infrastruktur yang tepat'

23 Juli 2004

SHANGHAI (Bisnis): Penggunaan teknologi informasi di Indonesia oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masih membutuhkan persiapan infrastuktur yang tepat, tutur seorang eksekutif.
Managing Director Oracle Indonesia Adi Juwono Rusli menuturkan di Indonesia masih diperlukan kerja sama dengan penyedia kredit seperti lembaga perbankan dalam negeri dan luar negeri untuk memperlancar penggunaan TI bagi UKM.
"Kerja sama dengan lembaga perbankan tersebut intinya dilakukan agar dapat lebih mudah mengakses kredit," tuturnya sebelum mengikuti acara seminar di Shanghai Convention Center Pudong seperti dilaporkan wartawan Bisnis Diena Lestari kemarin.
Menurut dia, dengan adanya akses dari lembaga perbankan tersebut maka jika ada UKM yang membutuhkan layanan kredit, proses due diligence tidak perlu dilakukan. Hal ini, katanya, mengingat dengan digunakan TI secara maksimal maka bank dapat dengan mudah mengakses data dan mengetahui kemampuan keuangan dari UKM.
Di Indonesia, kata Adi, masih diperlukan mediator untuk menjembatani antara perusahaan TI dengan UKM dan perbankan. Dia menjelaskan Oracle sendiri sudah mempunyai konsep mengenai UKM yang bias melakukan distribusi produk sampai ke daerah terpencil sejak lama. Selain itu, katanya, Oracle juga mempunyai produk yang dapat diterapkan ke UKM.
Namun demikian, katanya, masalah tersebut masih membutuhkan pengkajian. "Mungkin sebagai pilot project, dalam 12 sampai 18 bulan mendatang akan dilakukan pengkajian di Jawa Timur dan Bali," tuturnya.
Sementara itu, Senior director for SME Business Oracle Asia Pasific Suresh Kalpathy menuturkan UKM saat ini untuk memenangkan kompetisi harus efisien dan menekan biaya produksi. Hal ini, katanya, dibutuhkan untuk mendapatkan pengembalian investasi yang cepat.
"Oracle saat ini mempunyai produk Oracle E-Business Suite Special Edition yang cukup membantu industri skala menengah dan kecil memenuhi kebutuhannya," katanya.
Dari data yang didapatkan Bisnis, disebutkan bahwa penggunaan modul terpisah maupun tandem dari paket Oracel E-Business Suite Special Edition masih terjangkau.
Untuk penggunaan rapid financial yang digunakan untuk lebih dari 10 pengguna, implementasinya hanya dibutuhkan waktu 15-40 hari dengan dana sebesar US$53.400.
Untuk penggunaan rapid financials and purchasing yang digunakan untuk lebih dari 10 pengguna, implementasinya mencapai 35-60 hari dengan dana sebesar US$65.600.
Sedangkan untuk rapid distribution yang tergabung dalam Oracle Financials, Oracle Purchasing, Oracle Order Management dan Oracle Inventory Management yang digunakan lebih dari 10 pengguna, implementasinya diperlukan waktu 60-80 hari, dengan dana US$80,200.
Industri migas
Sementara itu berkaitan dengan kebutuhan industri minyak dan gas bumi di Indonesia terhadap sistem software yang dapat membantu cara perhitungan cost recovery yang sesuai dengan karakteristik industri itu di Indonesia, Information System Manager Vico Indonesia Agus Wicaksono menuturkan secara spesifik industri migas di negara itu sampai saat ini belum ada satu software-pun yang dibuat untuk melakukan perhitungan cost recovery.
"Di Indonesia, konsep migas menggunakan konsep KPS [kontraktor production sharing] mempunyai hak untuk meminta kembali seluruh investasi yang telah ditanamkannya kepada pemerintah jika perusahaannya sudah berproduksi," tuturnya.
Yang menjadi kendala saat ini, katanya, belum ada satu paket software yang dibuat untuk melakukan perhitungan dari awal investasi sampai perusahaan migas tersebut dapat berproduksi.
Agus mengatakan dulu ada Oracle paket sistem software yang dinamakan Oracle Energy. Namun demikian, katanya, paket tersebut belum secara spesifik mengarah pada kebutuhan industri migas di Indonesia utamanya dalam perhitungan cost recovery.
"Padahal suatu perusahaan manapun yang bergerak di bidang software dan database perlu memperhitungkan konsep lokalisasi. Lokalisasi di sini adalah pemenuhan kebutuhan dari setiap perusahaan pengguna, dalam hal ini perusahaan migas tentang paket software yang sesuai dengan kebutuhannya," tuturnya.
Menurut dia, pada dasarnya perusahaan besar seperti Oracle sebenarnya mampu melakukannya. Akan tetapi, yang jadi masalah sekarang adalah apakah penyediaan software secara spesifik ini cukup ekonomis atau tidak bagi perusahaan.
Ketika dikonfirmasikan Bisnis, Managing Director Oracle di Indonesia Adi J. Rusli menuturkan penyediaan paket peranti lunak secara spesifik seperti yang diminta perusahaan migas tersebut dapat dilakukan.
"Jadi permintaan mereka, contohnya, seperti penyediaan paket software untuk perhitungan cost recovery dapat dilakukan. Namun demikian, hal seperti itu kurang ekonomis dan economic skills bagi perusahaan tidak ada," katanya.
Hal itu tambahnya, mengingat bukan core business Oracle walau tetap jadi target bisnis Oracle. Selain itu, masing-masing negara mempunyai karakter yang berbeda.
Adi menambahkan jika perusahaan migas minta paket software seperti itu, maka akan ditangani oleh tim consultating services.

No comments: