Tuesday, July 13, 2004

Krisis Listrik Ancam Sumatera

Rabu, 14 Juli 2004 / kompas

Padang, Kompas - Upaya PT PLN (Persero) menyukseskan pemilu presiden tanpa ada pemadaman listrik di wilayah Sumatera Barat, Riau, dan Jambi telah berakhir. Sejak hari Selasa (13/7) listrik di tiga wilayah itu kembali mengalami pemadaman bergilir. Hal itu menandakan kondisi kelistrikan yang makin parah di wilayah ini. Parahnya ketersediaan listrik itu antara lain akibat rusaknya salah satu turbin Pembangkit Listrik Tenaga Uap Ombilin yang berkapasitas 100 megawatt dan Pembangkit Listrik Tenaga Air Singkarak yang berhenti beroperasi sejak Selasa. Sebagian masyarakat panik dan listrik terancam mati total.

General Manager PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Sumatera Barat (Sumbar) Soufyan Amin menyampaikan permohonan maaf atas kondisi tersebut. "Sehubungan dengan adanya gangguan pada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Ombilin dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Singkarak, maka terjadi gangguan distribusi kepada para pelanggan. Untuk itu, kami mohon maaf," ujarnya.

Permohonan maaf juga diiklankan di media cetak terbitan Sumbar dan sempat membuat panik masyarakat. Dalam iklan berukuran tiga kolom itu disebutkan, "Jika kerusakan di PLTU Ombilin salah satu turbinnya bisa diperbaiki, maka pemadaman bergilir listrik para pelanggan dilakukan seperti sebelumnya. Namun, kalau perbaikan di PLTU Ombilin tidak bisa diatasi, maka pemadaman bergilir (akan) jauh lebih besar dari sebelumnya."

Kerusakan yang dialami oleh PLTU Ombilin dialami seluruh pembangkit yang ada. Sebelumnya hanya satu pembangkit yang rusak, tetapi sekarang justru dialami Unit 1 dan 2 sekaligus. Pasokan listrik sebesar 200 megawatt pun terhenti secara total sejak Senin pagi.

Akibatnya, listrik yang sebelumnya mati bergilir tiga jam per hari, terhitung 12 Juli pemadaman listrik menjadi enam jam sehari; pagi hari tiga jam dan tiga jam pada sore hari.

"Kalau dipaksakan, listrik akan mati total. Untuk itu, kami terpaksa melakukan pemadaman enam jam sehari sampai kondisi normal," ujar Deputi Manajer Komunikasi PLN Wilayah Sumbar Yusman Rajo Mudo.

Berhenti beroperasi

Kepala PLN Sektor Bukittinggi, Pembangkit dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan, Mursalin, menjelaskan, sejak Selasa siang PLTA Singkarak berhenti operasi. "Pasalnya, kondisi elevasi air Danau Singkarak hampir mencapai batas darurat beroperasi. Upaya kami sekarang menjaga agar mesin tidak rusak," ujarnya.

Ia melukiskan, saat ini elevasi muka air Danau Singkarak pada posisi 361,48 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan keadaan darurat beroperasi pada posisi 361,25 meter dpl. Artinya, ada muka air danau setinggi 23 meter yang bisa digunakan untuk menggerakkan turbin.

Apabila setiap hari terjadi penurunan muka air 3 cm akibat air digunakan PLTA dan keperluan lainnya, PLTA Singkarak akan mampu bertahan selama sepekan ke depan. PLTA Singkarak dihentikan beroperasi untuk sementara agar pemadaman total bisa diulur.

Muka air Danau Maninjau juga sudah dalam posisi darurat. Saat ini berada pada level 463,00 meter dpl. Keempat turbin PLTA Maninjau (4 x 17 MW) beroperasi normal apabila elevasi air pada level 463,70 meter dpl sampai 464,00 meter dpl.

Sementara itu, menurut Mursalin, hujan buatan yang sudah dilaksanakan sejak 6 Juli lalu memang belum menghasilkan debit air sebagaimana yang diharapkan. "Menurut keterangan tim ahli dari BPPT Jakarta, setelah 10 hari penyemaian baru kemudian menuai hujan yang banyak. Artinya, pada sepuluh hari kedua hujan baru diperkirakan turun untuk menambah debit air," papar Mursalin.

Teknologi modifikasi cuaca agar terjadi hujan guna menambah debit air PLTA Singkarak, PLTA Maninjau, dan PLTA Kotopanjang ini dilakukan sampai 26 Juli.

Di Riau padam 24 jam

Dari Riau dilaporkan, akibat tidak beroperasinya dua pembangkit listrik di Sumbar dan tidak optimalnya pengoperasian PLTA Kotopanjang di Riau, pemadaman listrik di daerah itu kini dilaporkan makin parah. Jika sebelumnya pemadaman bergilir hanya enam jam per hari, kini terpaksa dilakukan selama 24 jam.

Deputi Manajer Komunikasi dan Hubungan Masyarakat PLN Wilayah Riau Delvis Bustami di Pekanbaru mengakui bahwa saat ini Riau betul-betul krisis listrik.

Daerah ini kekurangan daya sebesar 70 MW setiap hari, terutama pada saat beban puncak di malam hari, terhitung sejak Senin. Hal ini mengakibatkan hampir semua wilayah di Pekanbaru dan sekitarnya mengalami pemadaman listrik bergilir selama 24 jam per hari.

"Sebelumnya, pemadaman yang kami lakukan hanya enam jam sehari. Sekarang, pemadaman terpaksa kami lakukan siang dan malam, dibagi mulai pukul 18.00 hingga 24.00, kemudian pukul 00.00 hingga 07.00, dan pukul 07.00 hingga 18.00," katanya memaparkan.

Menurut Delvis, pemadaman dilakukan karena pasokan listrik dari unit pembangkit di PLTU Ombilin terhenti total, sementara pada saat yang sama daya yang dipasok dari PLTA Kotopanjang tidak mengalir secara maksimal.

Delvis mengakui, PLTA Kotopanjang yang berkapasitas 114 MW tidak dapat bekerja maksimal karena ketinggian air di Waduk Kotopanjang hanya mencapai 78,41 meter dpl, padahal beberapa hari sebelumnya masih 79,1 meter dpl.

Tidak padam

Sekalipun pasokan energi listrik melalui sistem interkoneksi dari Sumbar berkurang, dilaporkan tidak terjadi pemadaman listrik di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Batanghari.

Defisit pasokan energi listrik sebesar 10 MW dari Sumbar dapat ditanggulangi dengan mengaktifkan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang ada di Jambi.

Sumsel defisit

Kondisi kelistrikan di Sumatera Selatan (Sumsel) tidak jauh berbeda dengan Sumbar, Riau, dan Jambi. Sumsel masih mengalami defisit energi listrik sebesar 25 MW. Kebutuhan listrik masyarakat Sumsel masih bergantung pada pasokan listrik dari PLTU Bukit Asam yang ada di Tanjung Enim dengan kapasitas 260 MW.

Meskipun sudah tergabung dalam sistem jaringan interkoneksi Sumatera yang menghubungkan sistem kelistrikan Sumbar dan Lampung sejak 20 Juni 2004, kondisi kelistrikan Sumsel tidak lebih baik.

Pemimpin Pembangkit dan Penyaluran PLN Wilayah Sumbagsel Suban Sinuraya di Bandar Lampung mengungkapkan, sejak 2 Juli lalu jaringan Sumbagsel telah terinterkoneksi dengan Sumatera Barat.

Untuk jaringan itu, Sumbagsel menyumbang daya sebesar 20 MW. Daya itu diberikan ketika beban daya di Sumbagsel dan Lampung berada pada posisi paling rendah. Saat ini daya yang dimiliki jaringan di Sumbagsel mencapai 680 MW.

Manajer Teknik PLN Wilayah Lampung Yudi mengutarakan, setelah perbaikan pada PLTA Way Besay rampung, tidak ada lagi pemadaman bergilir di kawasan Lampung. Awal Juni lalu suplai daya dari PLTA Way Besay, Lampung, sempat turun hingga 80 persen dari kapasitas terpasang.

Sumut terancam

Kondisi kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) saat ini juga terancam. Sejak sebulan terakhir, PT PLN Wilayah I Medan mengumumkan pemadaman listrik bergilir kepada masyarakat melalui media massa. Namun, pemadaman itu hanya berlangsung satu sampai dua jam per hari.

Dinas Pertambangan dan Energi Sumut pun mendesak investor listrik swasta agar mempercepat investasinya.

Saat ini pasokan listrik untuk Provinsi Sumut dan sebagian wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sicanang, di Belawan, Medan yang menghasilkan daya 1.050 MW. (nal/oin/nat/dot/jos/ham)

No comments: