Wednesday, July 28, 2004

Dirut PT Posindo Alinafiah MBA:Bersiap Menuju Era Transformasi Bisnis

Sinar Harapan , 2/6/03 

KEMAJUAN teknologi tak dapat lagi dikesampingkan. Penggunaan piranti mutakhir kini telah menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan oleh setiap manusia dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk juga untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi jarak jauh.Setelah telepon maupun telepon seluler mempermudah setiap orang melakukan komunikasi jarak jauh, kini hadirnya internet kian membuat komunikasi tak lagi terhalangi oleh bentangan jarak dan waktu. Melalui internet orang bisa saling berkirim kabar dengan memanfaatkan e-mail alias surat elektronik.Keberadaan e-mail ini tak dapat dipungkiri membuat pengiriman surat konvensional mulai ditinggalkan orang. Kondisi ini tentu saja berpengaruh terhadap kinerja PT Pos Indonesia (Posindo) sebagai penyedia jasa dengan bisnis inti jasa komunikasi pengiriman surat-menyurat. PT Posindo tidak dapat berdiam diri menghadapi hal tersebut. Kehadiran e-mail menjadi tantangan tersendiri agar BUMN ini mampu tetap bertahan dan konsisten dalam memberi layanan kepada masyarakat.Hal ini memang bukan pekerjaan yang mudah. Dan pekerjaan ini kini ada di pundak Alinafiah MBA selaku Direktur Utama PT Posindo. ’’Seluruh jajaran di Posindo sadar betul bahwa kami kini hidup dalam era persaingan yang sangat ketat,’’ ujar Alinafiah dalam percakapan dengan SH, belum lama ini, di BandungPosindo memang tidak bisa berdiam diri menghadapi ketatnya persaingan tersebut. Faktanya selama beberapa tahun terakhir ini Posindo mengalami kesulitan baik finansial maupun nonfinansial. Tahun lalu saja bisnis yang ditekuni Posindo hanya mampu tumbuh rata-rata 15,63 persen, sementara pertumbuhan biaya operasi masih di atas 18,67 persen. Apabila tidak dilakukan upaya perbaikan maka dikhawatirkan kelangsungan hidup perusahaan menjadi terancam.Langkah yang dilakukan adalah dengan inovasi layanan serta produk yang ditawarkan. Posindo tak lagi terbatas pada apa yang dipunyai, melainkan memproduksi apa yang masyarakat kehendaki. Bisnis inti pun dikembangkan. Bukan hanya bisnis komunikasi, tetapi merambah pula ke bisnis logistik serta bisnis keuangan dan keagenan.Produk yang ditawarkan dalam bisnis komunikasi antara lain surat pos tercatat, surat pos kilat khusus, Surat Elektronik Simpati (Ratron Simpati), Express Mail Service (EMS), City Kurir, Express Post dan SMS Pos.Bisnis logistik meliputi paket pos biasa, paket pos kilat khusus, paket pos perlakuan khusus, paket pos optima dalam negeri, paket pos optima luar negeri serta layanan total logistik dan perfect delivery. Untuk bisnis keuangan dan keagenan Posindo antara lain menawarkan layanan wesel pos, giro pos, western union/money transfer, wesel pos Visa Electron dan cek pos wisata. Posindo juga mengembangkan fasilitas payment point yang memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menerima dan melakukan pembayaran rutin. Seperti pembayaran rekening telepon, PDAM, PLN, gaji hingga pembayaran tagihan lainnya.Pihak ketiga juga digaet untuk bekerja sama dalam mengembangkan inovasi produk Posindo. Seperti operator telepon seluler macam Telkomsel, Excelcomindo serta Satelindo yang digaet untuk mengembangkan layanan SMS Pos. Kemudian Posindo bersama-sama TNT menangani produk Express Pos, dengan PT Garuda Indonesia dikembangkan layanan Perfect Delivery. Posindo juga bekerja sama dengan sejumlah bank seperti Bank BNI, Bank BTN, Bank Niaga hingga Western Union dalam memberi layanan keuangan.Dengan keterlibatan pihak ketiga ini Posindo mengusung misi yang prestisius. Alinafiah menyebutkan, misi Posindo antara lain adalah mengembangkan usaha yang memiliki daya saing kuat baik di pasar domestik maupun pasar asing.Misi SosialMisi lain yang diemban oleh Posindo adalah memberikan pelayanan untuk kemanfaatan umum yang menjangkau seluruh pelosok Tanah Air. Dengan misi yang bersifat sosial ini Posindo diakui Alinafiah berada dalam sebuah dilema. Di satu sisi dituntut untuk memperoleh profit, tetapi di sisi lain tetap diharuskan memberi layanan kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali.Memang sejak 20 Juni 1995 status Posindo berubah dari Perum Pos Giro menjadi PT Posindo. Perubahan status ini dilaksanakan berdasarkan PP No 5 Tahun 1995. Status sebagai persero ini membawa konsekuensi bahwa Posindo harus mampu menghasilkan keuntungan sebagaimana yang ditargetkan oleh Kementerian Negara BUMN.Misi sosial yang diemban membuat Posindo tetap harus memberikan layanan jasa pos kepada masyarakat hingga ke pelosok daerah. Padahal layanan jasa pos di pelosok itu dari sisi komersial sama sekali tidak menguntungkan. Justru Posindo harus menanggung kerugian.Dari sekitar 24.035 kantor pos yang tersebar di seluruh Indonesia, sebanyak 40 persen di antaranya selalu mengalami kerugian. Biaya operasional kantor pos tersebut selalu lebih besar dibandingkan dengan pendapatan. Untuk menutup biaya operasional tersebut Posindo terpaksa menerapkan subsidi silang. Kantor-kantor pos yang selama ini memperoleh keuntungan seperti yang ada di Jabotabek dan kota besar lainnya, akhirnya harus menyubsidi kantor-kantor pos yang merugi tersebut. Langkah ini terpaksa ditempuh agar seluruh masyarakat tetap dapat memanfaatkan layanan jasa pos.Setiap tahun harus memberi subsidi membuat pendapatan Posindo pun menurun. ’’Subsidi silang jelas tidak menguntungkan kami. Namun kami tetap pada komitmen untuk memberikan layanan kepada seluruh masyarakat. Kantor pos yang merugi tetap kami operasikan selama masyarakat sekitar masih butuh layanan kami,’’ ujar Alinafiah.Bila BUMN lain yang memberi layanan kepada publik memperoleh public service obligation (PSO), maka Posindo pun berharap hal yang sama. Bantuan PSO dari pemerintah dikatakan Alinafiah sangat berarti bagi Posindo.Riset telah dilakukan. Dari hasil riset tersebut setidaknya Posindo membutuhkan PSO sebesar Rp 90 miliar. Alinafiah menyebutkan PSO ini antara lain dipergunakan untuk tetap mengoperasikan kantor-kantor pos yang masuk kategori merugi. Menurut Alinafiah, pihaknya sudah mengajukan permintaan PSO tersebut kepada pemerintah melalui Menteri Perhubungan. Sampai saat ini permintaan PSO itu belum dikabulkan. Mengingat kondisi keuangan pemerintah masih belum membaik, Alinafiah bisa memaklumi bila kemudian PSO itu tidak dipenuhi seluruhnya. ”Berapa pun PSO yang diberikan akan sangat bermanfaat bagi Posindo,” kata pria kelahiran Medan, 13 November 1953 tersebut.Transformasi BisnisPersaingan di era global yang semakin ketat tampaknya disadari betul oleh Alinafiah. Maka tidak bisa tidak, perbaikan kinerja Posindo harus dilakukan. Pada tahun 2003 ini di bawah komando Alinafiah Posindo mencanangkan Program Transformasi Bisnis. Program ini merupakan amanat dari hasil RUPS Posindo Tahun 2002 yang dilakukan pada tanggal 27 Februari 2003 lalu.Transformasi Bisnis dilaksanakan bersifat komprehensif dan mendasar dengan dilandasi oleh falsafah Good Corporate Governance (GCG), Strong Leadership serta penetapan strategi dan kebijakan yang tepat. Menurut Alinafiah falsafah itu menjadi dasar bagi manajemen untuk melakukan transformasi bisnis.Ada 6 strategi yang ditargetkan. Pertama, reposisi untuk memperkuat kompetensi perusahaan melalui integrasi jaringan fisik dan virtual untuk mendukung terintegrasinya titik-titik layanan yang terfragmentasi. Kemudian strategi reinventing business yang klasifikasinya berdasarkan costumer driven, volume, process similarity, time sensitivity dan product attribute.Strategi ketiga adalah Reengineering The Business Process yang bertujuan agar bisnis menjadi lebih efisien serta memberi konstribusi keuntungan dan pertumbuhan. Strategi keempat adalah reorganizing and restructuring yang didasarkan kepada produk dan kebutuhan konsumen.Strategi lainnya adalah Rightsizing yang berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM sesuai dengan kebutuhan bisnis di masa mendatang. ”Strategi yang terakhir adalah Resources Allocation,” ujar Alinafiah. Dengan strategi ini maka alokasi sumber daya finansial maupun nonfinansial diprioritaskan kepada bisnis yang mempunyai tingkat dan prospek pertumbuhan yang berarti. Alinafiah mengatakan pelaksanaan transformasi bisnis dilakukan mulai tahun 2003 hingga 2007 melalui beberapa tahapan dan target. Tahun 2003 merupakan tahapan konsolidasi dengan target pendapatan Rp 1,445 triliun serta target keuntungan sebesar Rp 10 miliar.Tahun 2004-2005 sebagai tahapan revitalisasi bisnis dengan target pendapatan sebesar Rp 1,734 triliun dan Rp 2,167 triliun. Sedangkan target keuntungan adalah sebesar Rp 15 miliar di tahun 2004 dan Rp 83 miliar tahun 2005.Tahun 2006-2007 disebut oleh Alinafiah sebagai tahap pertumbuhan. Pada tahap pertumbuhan ini Posindo menargetkan pendapatan sebesar Rp 2,817 triliun dan Rp 3,769 triliun. Dan target keuntungan yang bisa diharapkan adalah sebesar Rp 99 miliar dan Rp 109 miliar.Dalam tahap demi tahap transformasi bisnis ini ada tujuan lain yang dicapai yaitu membuat anak perusahaan. Alinafiah menyatakan pembentukan anak perusahaan paling besar peluangnya di bisnis ekspres dan total logistik. Sementara untuk bisnis lainnya masih sebatas membuat strategic business unit (SBU).Perbaikan lain yang menjadi prioritas Posindo adalah peningkatan kualitas SDM yang ada. Saat ini jumlah karyawan Posindo mencapai 26.500 orang. Jumlah ini dinilai terlalu gemuk. Sementara produktivitasnya sama sekali tidak efektif.”Seiring dengan program transformasi bisnis maka kami terus melakukan evaluasi kinerja SDM yang ada. Penentuan jumlah SDM yang ada perlu dicermati sehingga produktivitas SDM dapat dioptimalkan,” kata Alinafiah. Untuk meningkatkan kinerja SDM yang ada disiapkan konsep Total Human Resources (THR) yang didasarkan kepada kompetensi, pengembangan dan penghargaan. Menurut Alinafiah, ke depan Posindo memposisikan SDM sebagai objek yang melakukan perubahan serta sebagai subjek yang diubah baik untuk pola kerja, pola ukur serta kulturnya.Alinafiah menambahkan, di masa mendatang perusahaan menghendaki agar ada kompetisi yang sehat antarkaryawan dengan cara mengubah komponen penggajian. Artinya gaji karyawan diukur berdasarkan prestasi kerjanya. Yang berkinerja bagus, meskipun pangkat dan tingkat jabatannya sama, dimungkinkan untuk menerima gaji yang berbeda.Sedangkan bagi yang dianggap tidak dapat lagi ditingkatkan produktivitasnya, Posindo sudah menyiapkan rightsizing berupa pensiun dini. Tahap pertama program ini dilaksanakan pertengahan tahun 2003 sedangkan tahap berikutnya dimulai tahun 2004.Alinafiah mengatakan, rightsizing bukanlah PHK sepihak. Pensiun dini ditawarkan secara sukarela, tanpa ada unsur pemaksaan. Di samping itu rightsizing dilakukan bukan dalam kondisi perusahaan dalam kesulitan.Upaya demi upaya untuk membuat Posindo tetap bertahan serta mampu memperoleh keuntungan memang terus dilakukan di bawah komando Alinafiah. Ia sendiri mengaku selalu mempunyai rasa optimistis di sisa masa jabatannya mampu membawa Posindo ke arah yang lebih baik. Sebuah optimisme yang perlu agar seluruh jajaran Posindo termotivasi untuk berbuat yang terbaik. (SH/didiet ernanto)

No comments: