Sunday, July 25, 2004

Ada yang Kekeluargaan, Ada Model Ospek

Suara Merdeka/ Selasa, 22 Juli 2003
MOS Hari Pertama
SEMARANG - Semua sekolah negeri dan beberapa sekolah swasta, Senin (21/7) kemarin menggelar masa orientasi siswa (MOS). Dari banyak sekolah itu, ada yang mengenalkan dengan penuh kekeluargaan dan ada pula yang memformat ala Ospek perguruan tinggi.
Pembukaan MOS secara serentak telah dibuka Wali Kota Semarang H Sukawi Sutarip SH di SMUN 1 dengan ditandai pelepasan balon, Senin (21/7). Hadir pula dalam acara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota, Sudjoko SH dan sejumlah kepala SMU, SLTP dan SD se Kota Semarang.
Pelaksanaan MOS di SMU dan SLTP Diponegoro tergolong unik. Sebab, semua siswa yang mengikuti MOS terutama perempuan diwajibkan memakai beberapa pita kecil berwarna merah putih diikat pada rambut mereka. Selain itu mereka juga dianjurkan membawa berbagai perlengkapan dan makanan yang ditentukan panitia. Seperti telor untuk lauk makan siang berupa telor asin dan lain sebagainya.
Salah seorang siswa mengakui cara seperti itu memudahkan mereka lebih dekat dan kenal dengan para kakak kelas, guru dan cepat memahami materi yang disampaikan. Namun kadang mereka merasa risih jika harus memakai pita sebanyak itu. ''Saya sih mau-mau saja, tapi agak risih juga. Namun bila dirasakan cukup menyenangkan juga,'' ujarnya polos.
Neka-neka
Cara seperti itu memang terkesan neka-neka, karena kebanyakan sekolah tidak menerapkan cara yang lebih menyamai Ospek di perguruan tinggi. Di SMUN 3, ratusan siswa baru digiring ke halaman depan sekolah tersebut. Mereka diajak terlibat dalam kegiatan Palang Merah Kesehatan Sekolah (PKS), yang diperagakan oleh siswa kelas 2. Selain itu juga dijelaskan mengenai tata tertib sekolah, visi misi sekolah dan lainnya.
''Sekolah kami memang mengkonsep pola seperti ini. Sehingga siswa baru bisa langsung merasakan bahwa mereka bagian dari kami,'' ujar Yoda Pradana, pengurus OSIS SMUN 3 yang dilibatkan dalam kepanitiaan MOS.
Kepala sekolah tersebut, Drs Sarju Maheri sambil terus memantau kegiatan siswa baru mengatakan, pendekatan adaptasi di sekolahnya dilakukan dengan cara yang sudah diatur Dinas Pendidikan Kota. Terutama, agar membentuk calon siswa cepat merasakan betah dan kerasan untuk menggali ilmu pengetahuan di dalam sekolah.
''Karena itu kami menjamin tidak ada perpeloncoan dalam proses MOS ini,'' tegasnya.
Masa orientasi siswa, kata dia, merupakan pintu pengenalan bagi siswa baru agar meraih sukses dalam belajar. Oleh karenanya, para senior dan para pendidik berupaya keras agar mereka memahami cara yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolahnya.
Hal yang sama juga berlangsung di SMUN 1 Semarang. Panitia membuat format MOS yang partisipatif sehingga membuat calon siswa langsung merasa jadi bagian sekolah tersebut.
Sementara itu MOS di SMU Tugu Soeharto digelar dengan cara sederhana. Para guru yang terlibat memberikan MOS membangkitkan aktivitas siswa baru untuk lebih mengenal sekolah tersebut. Seperti dengan memancing berbagai pertanyaan tentang apa dan bagaimana tujuan mereka bersekolah. Dengan antusias siswa memberi jawaban yang menunjukkan besarnya minat untuk belajar.
Suasana di SDN Lempongsari 01-02 dan Gergaji pada hari pertama diisi dengan perkenalan guru dengan murid-murid baru. Suasana pengenalan tidak seperti MOS di SLTP dan SMU.
Karena mereka hanya mengenalkan para pengajar dengan guru dengan upacara sederhana. Sekitar pukul 10.00, siswa kelas satu itu kemudian pulang, sedang para guru melanjutkan proses belajar mengajar untuk kelas dua sampai kelas VI. (H1,G4-71)

No comments: