Monday, July 19, 2004

Ariffi Nawawi:Takkan Bayar Klaim KBCAtas Penyitaan Petral

SK/20 Juli 2004

 
JAKARTA (Suara Karya): PT Pertamina (Persero) menolak membayar klaim Karaha Bodas Company (KBC) atas penyitaan aset PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) di Hong Kong dan Singapura - anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang pembelian dan pemasaran BBM dan minyak mentah - sebesar 15 juta hingga 20 juta dolar AS. Pasalnya, Pertamina sama sekali tidak memiliki komitmen membayar tuntutan tersebut.

Dirut Pertamina Ariffi Nawawi kepada pers di Jakarta, kemarin, menyatakan bahwa masalah klaim KBC sudah diserahkan penuh kepada pemerintah. Dengan demikian, Pertamina akan menyelesaikan persoalan tersebut dengan cara lain. "Pertamina tidak bertanggung jawab atas masalah itu. Kami tidak berbicara mengenai pembayaran, sehingga Pertamina sama sekali tidak mempedulikan soal membayar tuntutan itu," papar Ariffi.

Sebagai buntut pengejaran aset-aset Pertamina di luar negeri oleh KBC, aset anak perusahaan Pertamina - Petral Hong Kong - disita. Kemudian melalui pengacaranya, KBC meminta Pertamina membayar 15 juta dolar AS sebagai tebusan atas perusahaan itu. KBC juga meminta Pertamina menebus Petral Singapura yang juga sedang dalam proses penyitaan, plus biaya pengadilan, hingga keseluruhan tuntutan menjadi berjumlah 20 juta dolar AS.

Selain Petral, KBC juga mengejar aset-aset lain Pertamina, yaitu Tugu Insurance di Hong Kong, Kypco di Korea, dan satu tanker raksasa (VLCC) yang masih belum diserahkan pada Frontline selaku pembeli.

Terkait usaha penyitaan Petral Singapura, Ariffi mengaku mendengar ihwal perkembangan positif bagi Pertamina. Menurut dia, kemungkinan Pengadilan Singapura memenangkan Pertamina dalam perkara tersebut. Sayangnya, Ariffi tidak bisa merinci lebih jauh mengenai perkembangan itu. "Di pengadilan Singapura kelihatannya ada perkembangan baik. Kemungkinan kita memenangi perkara," ujar Ariffi.

Ariffi menegaskan bahwa tindak penyitaan tidak berpengaruh terhadap operasional Petral maupun Pertamina. Sejauh ini, katanya, Petral Hong Kong dan Singapura masih menjalankan operasi seperti biasa.

Disinggung mengenai kemungkinan terjadi gangguan pada pasokan BBM ke Indonesia, Ariffi memastikan bahwa soal itu tidak perlu dikhawatirkan. Pembelian BBM, ujarnya, hanya masalah teknis operasional yang bisa dilakukan melalui Petral atau langsung oleh Pertamina. "Pokoknya, kita akan selesaikan dengan cara lain agar Petral bisa beroperasi dan stok BBM bisa berlangsung dengan baik. Bagaimana caranya, itu urusan Pertamina. Yang penting BBM ada di negeri ini," papar Ariffi.

Pemerintah sendiri dikabarkan segera mengirim tim negosiator yang beranggotakan pengacara yang ditunjuk serta wakil Pertamina. Tugas tim, selain menyelesaikan secara menyeluruh kasus KBC dengan jalur di luar pengadilan, juga melakukan negosiasi untuk mencegah penyitaan terhadap sejumlah aset anak perusahaan Pertamina di Singapura, Hong Kong, Korsel, serta sejumlah negara lain. Pertamina juga menyiapkan pengacara untuk melakukan gugatan balik atas rencana penyitaan itu. (CW-1)






No comments: