Tuesday, August 17, 2004

Asumsi Harga Minyak APBN 2005 Sebesar 24 Dollar AS per Barrel

Rabu, 18 Agustus 2004

Jakarta, Kompas - Meskipun harga minyak terus melonjak akibat kekhawatiran pasokan dunia, pemerintah hanya mematok asumsi harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN sebesar 24 dollar AS per barrel. Meskipun jauh dari realitas harga minyak, patokan sebesar 24 dollar AS per barrel itu dianggap oleh pemerintah sudah realistis.
Demikian diutarakan Menteri Keuangan Boediono dalam jumpa pers mengenai Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2005, Senin (16/8) di Jakarta. Menurut dia, tidak ada yang bisa menebak harga minyak yang terjadi pada tahun depan.
Selain itu, perkiraan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) hanya berkisar 34-35 dollar AS per barrel. Harga inilah yang dijadikan landasan untuk asumsi APBN, dan bukan harga yang sempat menembus 45 dollar AS per barrel.
Harga minyak yang terjadi saat ini, demikian Boediono, disebabkan oleh faktor psikologis. Oleh karena itu, jika kondisi yang menyebabkan pasar cemas teratasi, harga akan kembali normal.
"Apa pun itu selalu ada simetrinya, kalau bisa naik selalu bisa turun. Karena ada kehati- hatian dan pertimbangan keseimbangan dari segi risiko, maka harga itu yang terbaik," ujar Boediono.
Sebelumnya, dalam pidato kenegaraan Presiden Megawati Soekarnoputri di DPR, tidak disebutkan asumsi harga minyak dalam APBN. Megawati hanya menyebutkan, asumsi harga minyak Indonesia akan ditetapkan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, harga minyak pada tahun 2004 diperkirakan rata-rata 34 dollar AS per barrel. Hal itu karena pada awal tahun 2004 harga minyak masih rendah. Sebenarnya harga minyak yang menembus angka 45 dollar AS per barrel bukan untuk pasar Indonesia. Selain itu, harga minyak tersebut juga mengandung harga premium politik sebesar 15 dollar AS per barrel.
"Lonjakan harga saat ini karena spekulan menyimpan stok minyak, di samping memang permintaan China meningkat dan produksi Irak menurun. Jadi, harga minyak akan turun ke kisaran 22-28 dollar AS per barrel kalau premium politiknya hilang," ujar Purnomo.
Akan tetapi, pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, patokan 24 dollar AS per barrel terlalu konservatif, tidak realistis dengan kondisi keseimbangan pasar minyak dunia yang baru. Selain itu, juga tidak mendidik rakyat memahami beban subsidi karena jumlah subsidi BBM akan terlihat kecil.
Subsidi bertambah
Berdasarkan perhitungan pemerintah, dampak kenaikan harga minyak terhadap patokan APBN 2004 yang hanya 22 dollar AS per barrel akan menyebabkan defisit pada anggaran pemerintah. Apabila patokan harga minyak APBN 2004 terpaksa direvisi menjadi 32 dollar AS per barrel, maka perhitungannya akan menciptakan defisit sebesar Rp 1,6 triliun. Namun, kalau menjadi 35 dollar AS per barrel, defisitnya menjadi Rp 1,91 triliun.
Sebenarnya, dengan harga 32 dollar AS, penerimaan pemerintah menjadi Rp 93,9 triliun, tetapi defisit subsidi BBM menjadi Rp 46,8 triliun, dan bagi hasil migas Rp 14,5 triliun. Dengan harga 35 dollar AS, penerimaan negara menjadi Rp 105,39 triliun, tetapi subsidi BBM jadi Rp 56,90 triliun, dan bagi hasil migas Rp 6 triliun.
Menyinggung ketahanan fiskal terhadap kenaikan harga minyak, Boediono mengatakan, kenaikan harga minyak masih terkendali. Jika pemerintah disiplin pada rencana fiskal, dampak kenaikan harga minyak masih teratasi.
Harga turun
Setelah referendum di Venezuela berjalan lancar dan kekhawatiran produksi minyak terganggu dan tidak menjadi kenyataan, maka harga minyak dunia mengalami penurunan. Referensi New York, untuk minyak light sweet menjadi 45,95 dollar AS per barrel setelah Senin mencapai 46,91 dollar AS per barrel.(AFP/OTW/MAR/BOY/HAR/ELY)

No comments: