Monday, August 09, 2004

Menteri ESDM: Harga Gas untuk Lokal Lebih Murah dari Ekspor

Selasa, 10 Agustus 2004

Jakarta, Kompas - Harga penjualan gas untuk konsumen domestik dipastikan lebih murah dibandingkan dengan harga gas yang dijual untuk ekspor. Dengan harga minyak yang mencapai 44 dollar AS per barrel di pasar internasional saat ini, harga gas di luar negeri di atas 5 dollar AS per juta British thermal unit (MMBTU).
Demikian ditegaskan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro dalam jumpa pers seusai menyaksikan penandatanganan pembelian gas oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dari ConocoPhilips, Senin (9/8). Purnomo membantah sinyalemen bahwa pemerintah memberikan subsidi kepada industri di luar negeri karena harga ekspor gas jauh lebih murah dibandingkan untuk kebutuhan domestik.
Purnomo mencontohkan, harga dalam kontrak jual beli antara PGN dan ConocoPhilips, di mana harga di lapangan 1,85 dollar AS per MMBTU, ditambah transportasi 0,9 sen dollar AS per MMBTU, jaringan distribusi 2,75 dollar AS per MMBTU, dan lain-lain sehingga totalnya menjadi 3,5-3,6 dollar AS per MMBTU di konsumen.
Sementara harga ekspor LNG ke Fujian, China, dipatok di lapangan sebesar 2,4 dollar AS per MMBTU ditambah transportasi dan biaya lain-lain sehingga di tangan konsumen menjadi 4 dollar AS per MMBTU. "Jadi, tak ada satu pun harga dalam kontrak gas yang lebih mahal di dalam negeri ketimbang harga ekspor ke luar negeri. Bahkan harga ekspor dikaitkan dengan kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional," ujar Purnomo.
Purnomo juga menegaskan, pemerintah lebih mengutamakan pasar gas di dalam negeri ketimbang melakukan ekspor. Menurut dia, pemerintah sangat peduli pada penggunaan gas yang murah dan ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) yang relatif lebih mahal.
PGN beli gas
Direktur Utama PGN Washington Mampe Parulian Simandjuntak kemarin menandatangani kontrak jual beli gas dengan pihak ConocoPhilips untuk memenuhi kebutuhan industri di Jawa bagian barat. Gas yang dibeli berasal dari lapangan Corridor Blok (Sumatera Selatan) sebanyak 2,3 triliun kaki kubik (TCF) dengan nilai 4,3 miliar dollar AS atau Rp 39 triliun untuk jangka waktu 17 tahun.
Menurut Simandjuntak, gas bumi yang dibeli oleh PGN pada lapangan Corridor Blok akan dikirim ke Jawa dengan jaringan pipa distribusi yang dibangun PGN. Pasokan gas akan mulai dialirkan awal tahun 2007 dengan volume 170 juta kaki kubik per hari (MMCFD) dan secara bertahap akan mencapai 400 MMSCFD.
Untuk memenuhi kebutuhan gas bagi industri di Jawa Barat, PGN juga telah mengikat kontrak pembelian dengan Pertamina dari lapangan gas Pagar Dewa, Sumatera Selatan, sebesar 250 juta MMSCFD selama 15 tahun, mulai pertengahan tahun 2006. Dengan demikian, pada tahun 2007 PGN akan mampu mendistribusikan gas bumi sebesar 650 MMSCFD.
Menurut Simandjuntak, pendapatan PGN akan bertambah sekitar 200 juta per tahun setelah ada tambahan pasokan gas dari ConocoPhilips. Pada tahun 2011 pendapatan PGN akan naik dua kali lipat dibandingkan dengan pendapatan tahun 2003, yakni menjadi 500 juta dollar AS.
Sebelumnya, sebagian pengusaha keramik di Jawa bagian barat mengeluh karena nyaris gulung tikar akibat adanya kekurangan pasokan gas dari PGN. Masalah tersebut tidak dapat diatasi secepatnya karena kurangnya pasokan diakibatkan oleh faktor alamiah, dan paling cepat bisa diatasi tahun 2006 setelah mendapat tambahan pasokan gas dari produsen.
Simandjuntak mengakui bahwa masih ada 119 perusahaan yang antre untuk mendapatkan gas sebanyak 200-250 juta MMSCFD di wilayah Jawa bagian barat dan Jawa Timur. Upaya maksimal yang dapat dilakukan PGN untuk sementara adalah menambah pasokan dari lapangan marjinal, tetapi pasokannya hanya 20 MMSCFD dan lama pasokan hanya lima hingga tujuh tahun. (BOY)

No comments: